[ad_1]
Pertandingan ronde ke-6 di Generation Cup, antara Magnus Calsen melawan Hans Niemann, Selasa (20/9/2022) kembali melanjutkan drama besar. Pasalnya, Magnus Carlsen menyerah hanya dalam satu langkah.
Usai 1.d4 Nf6 2.c4, Magnus Carlsen langsung menyerah dan mematikan kameranya. Otomatis, Niemann mendapatkan tiga poin tanpa bersusah payah.
Kejadian tesebut kembali mengejutkan publik catur dunia. Namun kali ini, banyak cibiran buat juara dunia catur tersebut. Magnus terlalu egois dan kekanak-kanakan.
Sejak pengunduran dirinya di Sinquefield Cup 2022, Carlsen tak pernah tampil ke publik membiarkan rumor yang menuding Niemann curang terus bergulir liar.
Tindakan tersebut jelas sangat merugikan Niemann sebagai pemain muda, apalagi panitia penyelenggara Sinquefield Cup 2022 sudah memastikan Niemann tidak melakukan kecurangan dalam tunamen tersebut.
Kini, dengan rasa pongah dan angkuh, Carlsen membuang tiga poinnya untuk Niemann, hanya karena kebencian tak berdasar.
Hal lainnya yang terlihat adalah ketika akhir pertandingan yang berakhir remis dengan pecatur muda asal India, Rameshbabu Praggnanandhaa (17), Magnus membuat gestur bertepuk tangan dan mengangkat jempol. Sebuah hal yang bisa multitafsir.
Memang dari klasemen sementara, Carlsen tetap menempati peringkat atas. Usai kekalahan atas Niemann, Magnus kembali mendapatkan hasil positif.
Namun, satu hal yang perlu mendapat sorotan. Magnus Carlsen mendemonstrasikan sebuah tindakan tidak sportif dalam olahraga catur. Bukan hanya itu, dia tidak menunjukkan respek terhadap penyelenggara turnamen dan publik catur dunia temasuk para penggemarnya.
Magnus Carlsen seolah mengiyakan tudingan kepada pemain muda 19 tahun berlaku tidak sportif tanpa bukti, sementara dia bebas melakukan hal tidak sportif. Sebuah Ironi yang cukup memalukan.
Tapi, Magnus Carlsen hanyalah seorang manusia. Dia juga memiliki sifat egois, angkuh, sombong atau sejenisnya, mungkin karena menyandang status juara dunia. Manusiawi memang.
Jelas ini mengingatkan publik kepada Bobby Fischer, Anatoly Karpov, dan Garry Kasparov yang pernah mengumbar keangkuhan, kepongahan dan kesombongannya saat menjadi juara dunia.
Bobby Fischer langsung menghilang usai pengunduran dirinya sebagai juara dunia, sesaat sebelum menghadapi Karpov tahun 1975. Dia kemudian berpindah-pindah warga negara dari Hongaria, Jerman, Filipina dan Jepang dan tak pernah kembali ke Amerika Serikat.
Anatoly Karpov juga mundur saat menjadi juara dunia FIDE tahun 1998 karena marah dengan aturan baru FIDE. Dia menanggalkan gelar juara dunianya. Setelahnya, namanya hilang bak tertiup angin.
Pun begitu dengan Garry Kasparov. Dia memilih keluar dari FIDE ketika hendak melangsungkan pertandingan dengan Nigel Short tahun 1993. Alasannya, tentu saja karena tak terima perlakuan FIDE. Dia merasa lebih besar dari FIDE, sebuah kesombongan yang absolut.
Belasan tahun kemudian, Gary Kasparov mengakui, keluar dari FIDE dan membentuk PCA tahun 1993 adalah hal yang paling dia sesali. Hal itu kata Garry menghambat karirnya sebagai pecatur.
Kini, menarik mengikuti perkembangan Magnus Carlsen. Usai mengundurkan diri dari perebutan gelar juara dunia 2023, dia mulai banyak membuat drama picisan. Saat bersamaan, banyak pemain muda yang terus menunjukkan kemajuan pesat dalam permainan.
Magnus Carlsen tetaplah pecatur terbaik sepanjang masa. Dia berhak menentukan jalan sikapnya sendiri. Meski mungkin tindakannya dalam beberapa bulan terakhir akan dia sesali di kemudian hari.
Teringat akan jawaban pesepakbola terbaik sepanjang masa asal Agentina, Diego Armando Maradona ketika mendapat pertanyaan soal kontroversi negatif di luar lapangan yang merusak citra dirinya.
Baca juga: https://catur24.com/2022/09/19/pranav-anand-15-tahun-jadi-gm-ke-76-india/
“Tuhan menciptakan saya sebagai pesepakbola terbaik sepanjang masa, bukan sebagai manusia terbaik. Saya hanyalah seorang manusia biasa,” kata Maradona. (BangKipot)
6
[ad_2]
Source link